Ada masalah apa?
SMA Global Islamic Boarding School, tempat kami
belajar adalah sekolah berasrama. Kami memiliki dapur yang bertugas menyediakan
makan untuk sekitar 500 orang setiap hari.
Dari aktivitas dapur tersebut, setiap hari dihasilkan
limbah minyak jelantah sebanyak ± 9 liter. Tentu ini merupakan masalah. Dan
dimana ada masalah, tentu disitu ada peluang untuk solusi J
Dari masalah yang ada tersebut, siswa ditantang
untuk mengembangkan kreativitasnya dan mengeluarkan ide-ide untuk mengatasi
masalah itu. Baik itu upaya prefentif, alias pencegahan banyaknya minyak
jelantah yang dihasilkan. Ataupun upaya penanggulangan, alias pengolahan minyak
jelantah yang awalnya terbuang sia-sia dan mengotori, menjadi sesuatu yang
bermanfaat.
Bagaimana caranya?
Proses pelaksanaan proyek ini menggunakan
pendekatan design thinking. Design thinking sebagai
Framework STEM Education merupakan metodologi desain yang memberikan pendekatan
berbasis solusi untuk memecahkan masalah. Design thinking digunakan oleh
desainer untuk memecahkan masalah yang kompleks, dan menemukan solusi yang
diinginkan. Pola design thinking tidak berfokus pada masalah, melainkan
berfokus pada solusi dan berorientasi pada tindakan untuk menciptakan masa depan
yang diinginkan.
Desain thinking merupakan pendekatan berbasis solusi untuk
memecahkan masalah, dengan proses berulang di mana kita berusaha untuk memahami
masalah, menantang, dan mendefinisikan kembali masalah dalam upaya
mengidentifikasi strategi alternatif dan solusi yang mungkin tidak langsung
terlihat pada tingkat pemahaman awal. Desain thingking juga membantu
dalam proses bertanya: mempertanyakan masalah, mempertanyakan asumsi, dan
mempertanyakan implikasinya.
Design thinking memiliki lima fase pelaksanaan,
seperti yang bisa dilihat pada gambar berikut:
Fase
Design Thinking |
Dalam pelaksanaan program ini, kami menguatkan
aspek keterlibatan siswa melalui voice, choice and ownership. Dimana
siswa sangat dipersilahkan untuk mengajukan ide ataupun kegiatan apa yang
dilakukan. Mereka juga dibebaskan memilih kelompok dan berbagi peran. Jadi,
diharapkan bahwa apa yang mereka lakukan memang berasal dari mereka sendiri.
Guru memaparkan permasalahan yang ada |
Siswa berdiskusi secara berkelompok |
Pembuatan mind map dan poster pemanfaatan minyak jelatah |
Dari banyak ide pemanfaatan minyak jelantah
yang diusulkan siswa, lalu saya melakukan analisis, kegiatan mana yang mungkin
bisa dilakukan siswa. Setelah melihat ketersediaan alat dan bahan di
laboratorium, maka kami putuskan yang bisa dicoba saat ini adalah membuat sabun
dari minyak jelantah.
Lalu siswa diminta untuk
menganalisis lebih lanjut tentang pembuatan sabun dari minyak jelantah. Mulai
dari alat dan bahan yang diperlukan, proses pengerjaannya, sampai analisis
harga dan kualitas. Saya menyediakan worksheet di google docs yang bisa
dikerjakan bersamaan oleh siswa. Hal ini dilakukan untuk meningkatkan literasi
teknologi siswa.
Setelah siswa mengetahui cukup
detail tentang proses yang akan mereka lakukan, maka tiba saatnya untuk
percobaan. Kami meminta minyak jelantah dari dapur sekolah, lalu kemudian
mengolahnya di laboratorium menggunakan alat dan bahan yang sudah saya
sediakan.
Sebelum memulai percobaan, tentu
saya menekankan kembali prosedur keselamatan di laboratorium. Karena proses
pengerjaannya melibatkan soda api yang harus dilakukan dengan hati-hati. Siswa
juga diminta menggunakan jas laboratorium dan sarung tangan latex saat
percobaan.
Masing-masing kelompok dibebaskan
menggunakan komposisi bahan masing-masing. Nanti itu yang akan diteliti lebih
lanjut. Apakah sabunnya terlalu cair, terlalu padat, atau bahkan tidak mau
tercampur menjadi satu.
Penjelasan prosedur keselamatan |
Penimbangan soda api |
Pengukuran air |
Pengadukan bahan |
Sabun yang dicetak |
Bagaimana Rasanya?
Projek ini adalah perjalanan yang
sangat menyenangkan, baik untuk saya dan juga siswa itu sendiri. Siswa disajikan
masalah nyata di kehidupan dan berusaha untuk menyelesaikan masalah itu. Mereka
menjadi semakin termotivasi. Harapannya dengan kegiatan pemantik ini bisa menginspirasi
mereka untuk menerapkan proses berpikir menyelesaikan masalah dan kemampuan 4C
(Collaboration, Creativity, Communication, Critical Thinking) pada hal
lain.
Bagi saya sendiri, bisa
mendampingi mereka dalam proses ini juga merupakan learning journey. Saya juga
banyak belajar tentang managemen waktu dan komunikasi dengan berbagai pihak.
Sebelum saya menggunakan design thinking saya tentu mempelajarinya terlebih
dahulu. Ternyata banyak pendekatan yang bisa digunakan dalam proses semacam
ini. Bisa melalui STEM (Science, Technology, Engineering, Math), ada
juga alternatif lain yaitu EDP (Engineering Design Process). It’s
really fun :)
Selanjutnya apa?
Kegiatan project yang kami
lakukan tentu belum sempurna. Komposisi yang maksimal masih terus dalam proses
pencarian. Layaknya penelitian secara umumnya, ini adalah variable bebas yang
nantinya akan berpengaruh terhadap variable terikat yaitu konsistensi sabunnya.
Jika ingin lebih lanjut lagi maka
bisa dilakukan uji kualitas sabunnya. Dari project dengan tema besar
memanfaatkan minyak jelantah menjadi sabun ini dapat berkembang menjadi banyak
penelitian kecil lainnya. Tentu bisa diikutsertakan ke lomba penelitian seperti
OPSI (Olimpiade Penelitian Siswa Indonesia) dan juga LKIR (Lomba Karya Ilmiah
Remaja) dari LIPI dan lain-lain.
Saya berkeinginan untuk
berkolaborasi dengan beberapa guru di mata pelajaran lain seperti kimia,
biologi, ekonomi, seni budaya dan kewirausahaan. Dari sisi kimia, sisa bisa
menganalisis ikatan yang yang terjadi, juga konsep asam basa di sabun. Dari
sisi biologi bisa terkait dengan ekologi. Dari sisi ekonomi dan kewirausahaan,
bisa melakukan analisis kebutuhan, bahkan sampai BOP (Break Even Point)
jika ingin dikomersialisasikan. Dari sisi seni budaya, bisa mendesain produk.
Baik bentuk, sampai kemasan dan pemasaran. Sungguh ini akan jadi project
kolaboratif yang bagus. Ini juga sesuai dengan kurikulum baru yang lebih
menekankan pada project.
Posting Komentar
Posting Komentar